
Tentang Sesuatu yang akan Dikembalikan pada Asalnya, Kumpulan Cerita Horor
Cetakan 1, Desember 2017
Penulis: Uda Agus dan Kontributor LMCBUA #7
Editor: Uda Agus
Desain Sampul: Agus Istianto
Layout : Joni WR
Tahun ini, ajang lomba menulis cerpen bersama Uda Agus sudah memasuki musim ke-7 dan mengambil tema horor dan komedi. Namun sangat disayangkan, dari sejumlah naskah yang masuk, hanya sekitar 10% yang mengirimkan karya bergenre komedi. Bahkan beberapa peserta mengakui, menulis komedi jauh lebih horor daripada menulis cerpen horor itu sendiri. Benarkah? Sesulit itukah menulis cerita komedi? Alhasil, antologi cerpen pemenang yang semula direncanakan gabungan antara cerpen horor dan komedi, tak kesampaian. Tapi, the show must go on, jadilah para kontributor terpilih adalah mereka yang menulis naskah horor.
Apa sih sebenarnya cerpen horor itu? Haruskah melulu bercerita tentang hantu atau dunia gaib? Cerpen horor adalah karya sastra yang cerita dan plotnya dibangun sedemikian rupa sehingga mampu memberikan rasa ngeri pada pembaca. Horor tak melulu berisi tentang makhluk-makhluk halus yang suka meneror (atau gampangnya kita sebut hantu) tapi bisa juga tentang pembunuhan, makhluk jadi-jadian, teror makhluk asing, kanibalisme, tempat angker, dan hal-hal yang menimbulkan kesan ngeri, keterkejutan, hati yang berdebar-debar dan mecekam kepada pembaca.
Charles Derry, seorang peneliti yang mengkhususkan penelitiannya pada genre horor, membagi kategori horor menjadi 3 bagian:
- Horror of personality (horor psikologis), unsur kengerian dilukiskan lewat pembunuhan, pemerkosaan, dan yang sejenisnya.
- Horror of Armageddon (horor bencana), melukisan unsur kengerian melalui bencana alam, wabah penyakit, serangan binatang, dan sebagainya.
- Horror of the demonic (horor hantu), menunjukkan unsur kengerian melalui sosok mahkluk halus, siluman, penyihir, dukun, dan lain-lain.
Dan kumpulan kisah horor yang tergabung dalam antologi ini mencakup ketiga kategori genre horor di atas.
Tidak terasa, tujuh tahun berlalu sejak event ini digelar untuk pertama kalinya pada 2011 silam. Bagaikan candu, hal itu terulang lagi pada tahun-tahun selanjutnya. Saya yakin ini baik. Dan yang paling penting, saya senang melakukannya, bukan sebuah keterpaksaan, sudah seperti kebutuhan. Meski semua diselenggarakan dengan penuh kesederhanaan.
Sederhana? Ya! Semua dilaksanakan hanya bermodalkan tekad dan keyakinan semata. Dengan segala keterbatasan yang ada, saya tetap rutin menggelar lomba, meskipun dengan hadiah yang tidak seberapa. Syukur, saya tidak pernah kekurangan peserta. Saya yakin, mereka yang ikut tidak tergiur akan hadiahnya, lebih kepada penunjukan eksistensi diri dalam dunia sastra. Terima kasih buat semua peserta.
Masih sama dengan tahun sebelumnya, penjurian dan pemilihan naskah pemenang untuk tahun ini saya percayakan kepada Gus tf Sakai, sastrawan senior yang selalu mau saya ganggu dan minta bantuan untuk menilai naskah-naskah yang akan dibukukan.
Terima kasih kepada semua pihak yang turut mendukung hingga antologi ini lahir. Buat penerbit Writing Revolution yang telah menyulap naskah mentah ini menjadi sebuah buku yang sedap dipandang, buat Gus tf Sakai selaku juri, buat peserta lomba (mohon maaf karena tidak semua bisa dibukukan), buat kontributor yang naskahnya dimuat dalam antologi ini (semoga bisa melecut semangat untuk tetap menulis), dan buat mereka yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Harapan saya, semoga gelaran lomba ini punya dampak yang besar terhadap kecintaan kita untuk lebih menekuni dunia literasi. Semoga ditahun mendatang ada sponsor dan donatur yang bisa membuatnya hadir lebih ‘wah’. Akhir kata, selamat menikmati. Tak dipungkiri, banyak kesalahan yang mungkin terdapat dalam antologi ini, kritik dan saran yang membangun tentu sangat diharapkan. Sampai jumpa pada event yang sama tahun depan.
———————————————————————————
INFO MENERBITKAN BUKU, KLIK DI SINI